e-mail: misteripedia@gmail.com

Dibalik Misteri Kata Selamat Gunung Slamet Purwokerto




"Hingga saat ini PVMBG belum menurunkan status Gunung Slamet, statusnya tetap waspada," kata Kepala Pos Pengamatan Gunung Slamet di Gambuhan, Kabupaten Pemalang, Sukedi, saat dihubungi dari Purwokerto, Kamis.

Ia mengatakan, penurunan status terhadap gunung api yang baru mengalami peningkatan akan berlangsung lama.

Menurut dia, pihaknya akan terus memantau perkembangan Gunung Slamet dari beberapa parameter sebelum memutuskan menurunkan status dari waspada menjadi aktif normal.

"Namun untuk saat ini kondisi Gunung Slamet relatif aman, tidak ada pengaruh dari Gunung Merapi," katanya.

Kendati demikian, dia mengakui adanya sedikit kendala dalam pengamatan terhadap Gunung Slamet akibat pengaruh cuaca ekstrem.

Menurut dia, hujan yang turun tiap hari mengganggu aktivitas pengamatan visual.

"Tapi kalau pagi hari masih bisa dilakukan pengamatan visual," katanya.

Seperti diketahui, PVMBG menetapkan status waspada terhadap Gunung Slamet yang berada di Kabupaten Pemalang, Purbalingga, Banyumas, Brebes, dan Tegal sejak 29 Juni 2009.

Konon menurut sesepuh Jawa, "Gunung Slamet pancen mandan sejen/beda karo gunung-gunung liyane nang tlatah Jawa, Gunung Slamet pancen dudu gunung sing biasa didaki mung kanggo tujuan wisata/rekreasi, hobi utawa mung sekedar pengin naklukaken. Pendakian meng puncak Gunung Slamet biasane kanggo tujuan-tujuan khusus umpamane merga ana alesan spiritual, mulane pendaki-pendaki kudu nglengkapi syarat-syarate ndisit". 

(Konon menurut cerita orang tua gunung slamet memang sedikit berbeda dengan gunung lain di tanah jawa,gunung slamet memang bukan gunung biasa didaki cuma untuk tujuan wisata/rekrasi,hobi atau sekdear ingin menaklukan,pendakian ke puncak gunung slamet biasanya untuk tujuan kusus,misalnya karena ada alasan spiritual,makanya para pendaki harus melengkapi persyaratannya dulu).

Menurut cerita, slamet dalam bahasa Indonesia artinya "selamat". Setidaknya sejak jaman kakek buyut hingga sekarang gunung tersebut tidak pernah "terbatuk-batuk" apalagi meletus. Keberadaan gunung yang memberikan rasa aman dan tenang selama ini seakan memberikan "keselamatan" bagi masyarakat di sekitarnya. Ada semacam anggapan dimasyarakat bahwa jika sejak dulu gunung slamet tersebut sering meletus atau lainnya maka mungkin sejak dulu pula gunung tersebut tidak akan dinamakan gunung slamet. Itulah mengapa gunung tersebut dinamakan gunung slamet hingga sekarang.

Meski hanya cerita mitos, namun akibat yang dibayangkan sungguh mengerikan. Mitos lainnya menceritakan bahwa meletusnya gunung slamet akan "membelah" pulau jawa menjadi dua bagian.


Entah itu karena timbulnya rekahan besar yang membentang dari utara ke selatan (dan air laut mengalir masuk hingga menyatu) atau karena masing-masing wilayah di barat dan timur bergeser saling menjauh. Letaknya yang hampir tepat ditengah-tengah antara batas pantai utara dan pantai selatan, serta dikelilingi setidaknya 5 wilayah kabupaten yang berbatasan langsung (Brebes, Tegal, Pemalang, Banyumas, Purbalingga) dan 2 wilayah yang tidak langsung (Kab. Cilacap, Kota Tegal) dimana jika kita lihat di peta akan membentuk suatu garis lurus yang membelah pulau jawa.

Tak terbayangkan akibatnya jika memang akhirnya gunung slamet benar-benar meletus apalagi dengan letusan yang sangat besar, semua wilayah tersebut masuk dalam jangkuan semburan (minimal debu atau awan panas). Meski mitos tak terbukti, namun bisa dipastikan pulau jawa akan lumpuh. Jalur Pantura akan tersendat, jalur selatan tak bisa digunakan dan jalur tengah akan lumpuh total. Jika dibayangkan sungguh mengerikan.


Sumber: dari berbagai sumber.



0 comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...